TERE LIYE KE RUMAHKU
TANTANGAN MENULIS 30 HARI
Hari ke-16
Oleh : Inayah Hanum
Sobat Blogger, Tere Liye akan datang. Gembira tak terkira karena tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Biasanya hanya membaca tulisannya di FB. Membaca komentar-komentar yang mendukungnya dan ada pula yang membullynya, meski hanya segelintir. Sepuluh hari menjelang kedatangannya aku sudah sibuk dibuatnya. Aku mengatur jadwalku sedemikian rupa agar aku bisa mempersiapkan diri menyambutnya. Ini kesempatan langka yang belum tentu datang dua kali apalagi tiga atau empat kali. Aku harus ada di sana. Ya, di sana ditempat Tere Liye akan menyampaikan ilmu menulisnya. Disebuah sekolah SMPIT dan SMAIT yang bernama Insan Mulia Boarding School (IMBOS). Alamatnya di jalan Hiu Latsitarda Desa Margakaya Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung. Jika hendak ke sekolah itu melewati gang rumahku. Jarak rumahku ke IMBOS hanya sekitar 200 meter. Di sekolah itulah anakku Qonita Nurul Izzah sudah 5 tahun menimba ilmu. Ia tinggal di asrama. Selama itu pula aku punya jadwal menengoknya. Jadi sudah kuanggap rumahku sendiri...he.he...
Aku sangat berharap bisa hadir di acara itu. Tere Liye, salah seorang penulis terkenal di Indonesia akan ada di depan mata. Alhamdulillah, pucuk dicinta ulam tiba, aku mendapat kesempatan juga akhirnya. Aku dan beberapa teman yang punya minat dan perhatian pada literasi mendapat undangan khusus dari istri pemilik sekolah tersebut. Terima kasih kepada Bu Ayu yang memberikan peluang istimewa ini.
Acara dimulai pukul 08.00 tanpa acara seremoni. Penulis novel "Hafalan Shalat Delisa" yang telah difilmkan ini langsung memulai pelatihan. Jauh-jauh beliau datang ke Pringsewu bertemu para santri untuk mengajarkan menulis, jadi acara seremoni tidak menjadi prioritas. Para peserta tentu senang karena berarti akan lebih banyak ilmu yang disampaikan tanpa harus tersita waktunya oleh acara seremonial.
Acara ini disponsori oleh penerbit Gramedia yang juga membuka bazar buku di seberang lapangan basket tempat acara itu berlangsung. Tampak berjejer buku-buku karya Tere Liye diantaranya Hujan, Pulang, Bumi, Bulan, Matahari, Negeri Para Bedebah, Rembulan Tenggelam di Wajahmu,Bedebah di Ujung Tanduk, Sepotong Hati yang Biru, dan masih banyak yang lain. Para santri tampak antusias membeli buku-buku novel itu, untuk kemudian meminta tanda tangan pengarangnya langsung.
Bayanganku seorang penulis terkenal akan berpenampilan rapi atau perlente, ternyata tidak. Lelaki yang beristrikan perempuan cantik Riski Amelia ini hanya berpakaian semacam kaos oblong tampak usang berwarna hitam. Celana biru yang warnanya juga tampak sudah belel. Menggunakan selendang bermotif tenun yang melingkar di lehernya. Plus topi warna krem. Sangat sederhana dan casual fashion.
Tere Liye si pemilik nama asli Darwis itu menyampaikan tips menulis sangat simpel, tidak terlalu teoritis tapi praktis dan mudah diikuti. Tipsnya adalah sebagai berikut.
1. Topik tulisan bisa apa saja, tapi penulis yang baik selalu menemukan sudut pandang yang spesial.
Berani menulis yang berbeda dari pandangan orang pada umumnya. Sudut pandang yang tidak dipikirkan orang lain.
2. Penulis membutuhkan amunisi, tidak ada amunisi tidak bisa menulis.
Untuk mendapatkan amunisi itu maka penulis haru melakukan 3 hal berikut.
a. banyak membaca.
b. banyak melakukan perjalanan
c. banyak bertemu dengan orang( bijak).
Memnfaatkan waktu, situasi atau peristiwa untuk mendapatkan informasi tentang apapun.
3. Kalimat pertama adalah mudah, gaya bahasa adalah kebiasaan, menyelesaikan lebih gampang lagi.
4. Alah bisa karena terbiasa, latihan, latihan, latihan.
Disela-sela menjelaskan tips di atas akuntan yang lahir di Lahat ini selalu memberikan tantangan kepada para peserta untuk menuliskan satu paragraf tentang satu kata yang beliau tentukan. Jadi peserta langsung praktik. Setelah selesai menulis Bang Tere begitu sapaan akrab beliau, membacakan satu per satu karya peserta yang minta dibacakan atau beliau sendiri yang meminta membacanya. Aku tak menyia-nyiakan kesempatan menyodorkan karyaku agar dibaca beliau.
Pelatihan terasa begitu mengasyikkan karena Bang Tere menyampaikan sambil bercerita. Sambil sesekali diselipi humor yang membuat para peserta tertawa senang. Waktu terus berjalan dan Bang Tere mulai terasa lelah. Bayangkan, beliau mondar-mandir membacakan hasil tulisan para santri berjumlah lebih dari 500 ribu orang di sepanjang lapangan basket yang sudah di hias dengan tenda. Tepat pukul 11.00 pelatihan selesai tanpa acara penutupan. Setelah Bapak Riyanto pemilik IMBOS menyerahkan cinderamata, Bang Tere langsung bergegas meninggalkan tempat. Padat sekali tampaknya jadwal beliau.
Terima kasih Bang Tere sudah berlelah-lelah mengajari kami. Bahkan memberikan reward 3 judul buku novelnya yang tebal-tebal untuk diberikan kepada para santri yang karyanya menarik. Terima kasih pula panitia,bidang kesiswaan, dan yayasan IMBOS Pringsewu yang sudah memfasilitasi kami. Semoga kelak akan lahir penulis-penulis berkualitas yang tulus mendengar hati nurani dan moralis serta agamis dari SMPIT/SMAIT IMBOS Pringsewu.
Iya ,langsung praktek baik dan emang harus di paksakan kalau mau cepat jadi buku solo Bu
BalasHapusIya, Pak. Terima kasih.
BalasHapusCakep mantra utk bisa nulis
BalasHapusWah referensi bagus nih
BalasHapusTerima kasih Pak Dail dan Bu Ovi sudah mampir.
BalasHapus