Digital Parenting

 


"Mi, sebentar aja. Boleh ya...nanti datanya dimatiin." Begitu rayuan maut bungsuku Raisha usia 5,5 tahun lebih jika hendak meminjam HP. Jika tidak dipinjami ia akan bertanya " Itu Nadin kok boleh punya HP sendiri?" Nadin itu anak ponakanku yang usianya masih 4,5 tahun dan sudah dibelikan hp oleh neneknya. 

" Adek, tadi pagi Ummi belajar tentang penggunaan HP yang benar. Ternyata ada penggunaan HP yang salah. Belajarnya sama Ibu Nurul Hidayati, S.S., MBA. dari Jakarta. Beliau Sekjen AILA (Aliansi Cinta Keluarga) Indonesia dan Ketua Biro Perlindungan Keluarga pada Komisi Bina Keluarga Sakinah. Adek dengar baik-baik ya hasil belajar Ummi tadi.

Bentuk kegiatannya seminar dengan tema "Digital Parenting". Digital Parenting adalah pola pengasuhan anak yang disesuaikan dengan   kebiasaan anak yang sudah sangat lekat dengan  perangkat digital. Digital Parenting juga dikenal sebagai cara yang  cerdas dan inovatif dalam mengasuh anak di era digital dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi saat ini.

Seminar tersebut diselenggarakan dalam rangka memaknai Hari Ibu oleh Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Pringsewu di Raja Pindang Andalas Resto Pringsewu yang dihadiri oleh perwakilan dari masing-masing organisasi perempuan yang ada di Kabupaten Pringsewu. Diantaranya hadir dari Persit Kartika Candra Kirana, Persaudaraan Muslimah ((Salimah), IBI, Wanita Hindu Dharma Indonesia, Iwapi dan masih banyak yang lainnya.

"Berarti Adek keren ya, Mi bisa pake HP?" tanya bocilku dengan bangga. Pelan pelan aku mencoba memberi pemahaman. "Keren tapi jika menggunakan HP dengan benar. Karena ada anak yang menjadi korban karena menggunakan HP tidak sesuai aturan. Anak melihat konten-konten porno, "saru" yang bisa merusak perkembangan otaknya sehingga ia tidak cerdas. Ia menjadi anak yang malas, tidak punya teman. Dan parahnya jika sudah kecanduan ia harus dirawat oleh psikolog atau ahli kejiwaan."

"Ih, serem ya, Mi. Aku mau jadi anak cerdas, banyak teman dan sehat." jawab bocilku polos. Semoga dia mulai paham. Ummi lanjutkan ya, penjelasan Ibu yang punya 6 anak dan 7 cucu ini.

Anak adalah aset bangsa dan investasi masa depan. Anak juga merupakan potensi kekayaan dan kesejahteraan bangsa di masa depan. Dengan demikian, orang tua harus memperhatikan pola asuh yang baik bagi anak-anaknya. Kasih sayang yang tercurah kepada anak jangan sampai salah dalam penerapannya. Banyak orang tua yang bersikap dan bertindak kepada anaknya dengan dalih karena sayang. Entah itu dalam bentuk kemarahan karena anak melanggar aturan atau justru anak dimanja dengan berbagai fasilitas dan kemudahan.

Salah satunya adalah penggunaan HP. Orang tua memberikan HP kepada anak bukan hanya karena kebutuhan. Terkadang masih usia balita agar tidak rewel difasilitasi HP. Bahkan karena mengikuti tren teman-teman sebayanya yang sudah menenteng HP ke mana-mana. Bukan pemandangan langka lagi anak SD kelas rendah bahkan usia prasekolah sudah sibuk dengan gadgetnya.

Ibu yang juga seorang enterpreneur ini juga mengatakan, memang tak selamanya gadget itu berdampak buruk. Ada pula efek positifnya. Diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Memberi kemudahan berkomunikasi tanpa batas 

2. Kemudahan mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

3. Hadirnya beragam media edukatif, hiburan dan berbagai konten lainnya 

4. Kemudahan belajar jarak jauh.

5. Kemudahan mengenal berbagai budaya keunikan dari seluruh sudut dunia.

Namun, kata Ibu kelahiran Klaten, 19 Desember 1968 ini kita juga perlu mengenal dampak negatif gadget.

1. Kecanduan teknologi yang mengakibatkan kelelahan fisik dan mental.

2. Anak kesulitan untuk berkonsentrasi.

3. Semakin kuatnya budaya instan.

4. Kemudahan untuk mengakses berbagai konten yang tidak layak, maraknya kriminalisasi dunia Maya (pelecehan, penipuan, bulying dll).

5. Gangguan sosial yang membuat anak kesulitan bergaul.

Orang tua juga perlu mengetahui gejala anak kecanduan gadget diantara adalah

1. Keasyikan bermain tanpa mengenal waktu.

2. Gelisah jika tanpa gadget.

3. Kehilangan ketertarikan dengan dunia luar.

4. Sulit bersosialisasi dengan orang lain.

Anak yang sudah sangat akrab dengan gadget kemampuan kepribadian dan belajarnya terganggu. Orang tua harus benar-benar memfungsikan dirinya sebagai orang tua. Jangan segan pula untuk introspeksi diri dan memberi teladan. Demikian uraian Bu Nurul yang pernah kuliah di Fakultas Sastra UI ini.

Apa yang harus dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak di era digital? Aktifis perempuan yang sudah mengisi seminar di beberapa negara seperti Kuwait, Jepang, Malaysia, Hongkong dan Taiwan ini menyebutkan 10 poin. 

1. Perkuat religiusitas.

2. Optimalkan fungsi keluarga.

3. Menciptakan bonding (ikatan) yang kuat.

4. Bangun komunikasi produktif.

5. Buat peraturan bersama.

6. Menyepakati batas waktu.

7. Gunakan perangkat digital dengan bijak.

8. Seimbangkan dengan kegiatan positif.

9. Arahkan penggunaan perangkat dan media digital dengan tepat.

10. Diskusikan dan pilihkan aplikasi yang positif untuk anak. 

Entah paham atau tidak Raisha tampak serius mendengarkan penjelasanku. "Adek ngerti sekarang kenapa Ummi kadang tidak meminjami HP? "Iya, Mi ngerti tapi gak papa ya kalau cuma sebentar? Bener kok sebentar aja..." sambil matanya berkedip-kedip dan senyum-senyum merayu. Hadeh, bocil-bocil..

Mari kita tetap siaga menerapkan pola asuh yang tepat di era digital ini.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membiasakan Sarapan bagi si Kecil

SEJENAK MENGENANG BECAK

Kolesterol Perlu Dikontrol