PRESTASIKU DI BUKU UNGU

 TULISAN KE-22

"Ummi, hari ini sekolah?" tanya bocilku yang kemarin baru genap usia 5 tahun. "Iya, sayang hari bagi rapor." Kulihat wajah gadis kecil agak mengernyit dahinya. Ia belum paham apa itu buku rapor. Pembagian buku laporan dimulai pukul 08.00 - 10.00. Pukul 08.10 menit kami siap berangkat ke Penitipan Anak Islam (PAI)  Ar Rasyid di jalan Palapa, Gunung Kancil, Pringsewu Selatan Kecamatan Pringsewu, Lampung. 

PAI Ar Rasiyd sebuah lembaga pendidikan yang membantu para orang tua yang sibuk bekerja baik ayah maupun ibunya. Penitipan anak yang baru dibentuk 6 September  2021 lalu sebagai  salah satu wadah yang memberikan solusi bagi orang tua saat pandemi masih juga belum beranjak dari negeri tercinta ini.

Saat anak-anak mulai jenuh berada di rumah saja. Orang tua sudah kehabisan ide untuk membuat anak mereka  tetap bahagia di rumah. Para anggota keluarga yang sudah mencapai titik jenuh dan rasa bahagia mulai sulit  direguk. PAI Ar Rasyid hadir sebagai salah satu solusi untuk membantu anak-anak tetap  aktif, merdeka belajar dan happy learning.

Jumlah murid semester pertama masih disekitar 5 anak. Bulan berikut betambah, bertambah dan terus bertambah, melihat kegiatan yang dilakukan di PAI Ar Rasyid tak hanya biasa-biasa saja sekadar menitipkan anak. Di sana kegiatannya sejak pagi sampai pulang padat dengan aktifitas belajar namun menyenangkan. Hingga saat terakhir menjelang bagi rapor siswanya sudah 22 anak. Perkembangan yang cukup lumayan bagi PAI Ar Rasyid yang baru dirintis oleh sepasang suami istri dengan modal tekad dan keyakinan.

Pendiri PAI Ar Rasyid seorang mantan guru TK yang sudah berkecimpung di dunia anak-anak lebih dari 15 tahun. Beliau juga secara otodidak menghimpun ilmu, berdasarkan pengalaman pernah turut studi banding ke Bandung, Jakarta dan tempat lainnya waktu masih mengajar di TK.  Selain itu juga  searching di internet menggali pengetahuan tentang penitipan anak.  Bersama suami tercinta bahu membahu merintis dan mengembangkan lemabaganya. Tidak hanya mengandalkan pengalamannya menjadi guru TK, Ummi Marwanti dan abi Irwanto begitu biasa anak-anak menyapanya, juga aktif dalam komunitas cinta anak, aktif mengikuti pembelajaran Islamic Parenting bersama para pakar dalam dunia parenting dan anak-anak. Berdirilah penitipan anak kombinasi  rasa PAUD/TK dan sekolah alam.

Salah satu rujukan beliau adalah Didik Eli Agus Landik. Seorang Motivator dan Penulis yang telah memiliki pengalaman dalam dunia pendidikan pelatihan pengembangan sumber daya manusia, baik untuk tingkat lokal maupun tingkat nasional. Beliau tekuni mulai sejak di bangku kuliah. Kini beliau mengembangkan sistem pembelajaran online lebih dari 80 di whatsapp group dan member website kelas.didikeli.com.

Sesampai di PAI Ar Rasyid yang sekaligus juga tempat tinggal ummi Marwanti dan keluarga baru ada satu siswa putra yang datang lebih awal. Di sana sudah disiapkan kado kecil dan jajanan yang tentu menarik bagi anak-anak. Warna buku rapor ungu, khas warna seragam PAI Ar Rasyid. Kurikulum dan buku laporan dikembangkan sendiri oleh ummi dan abi. Penilaian dibuat detil sesuai yang diajarkan baik kognitif, afektif, maupun psikomotor. Ada nilai kuantitatif yang biasanya  menjadi tolok ukur orang tua. Ada juga  nilai kualitatif dan deskripsi perkembangan anak. 

Alhamdulillah, dengan membaca laporan hasil belajar Raisha putriku, aku jadi tahu detil perkembangannya. Aku yakin wali murid yang lain juga merasakan hal yang sama. Perkembangan positif sekecil apapun merupakan prestasi yang telah ditunjukkan seorang anak. Bukan hanya pengetahuan tapi perkembangan motorik dan perkembangan sikapnya juga maka layak diapresiasi. Menurut psokolog anak dari Tiga Generasi Anna Surti Ariani atau Nina, memberi apresiasi ketika anak berprestasi itu penting, bukan pada prestasi akademik saja. Bisa makan sendiri, mau berbagi dengan temannya, sabar menunggu giliran itu  juga prestasi. Nilai yang tertuang di atas buku laporan itu hanyalah pertanggungjawaban lembaga terhadap orang tua dan sebagai dokumentasi sekolah untuk dijadikan acuan untuk proses belajar selanjutnya. 

Akhirnya, sesampainya di rumah aku bacakan hasil rapor Raisha. Saat angka yang kubacakan dia terlihat tanpa ekspresi. Saat kusebutkan predikatnya B atau A dia menyela, "Apa itu maksudnya?" Aku menjawab B itu baik, A itu sangat baik dan aku ganti dengan kata bagus, sangat bagus. Gadis kecilku tampak menyimak dan senyum dengan mata berbinar. Entah, apa yang ada dalam pikirannya yang jelas ia tampak senang. Semoga tahun ajaran baru semangat belajarnya semakin meningkat dan bisa mengukir prestasi-prestasi dalam bentuk yang lain. 



Komentar

  1. Masha Allah... keren sekali. Semoga ananda Raisha makin menjadi anak sholehah, sumber kebanggaan dan kebahagiaan kedua orangtua Aamiin 🥰

    BalasHapus
  2. Aamiin.. Terima kasih sudah berkunjung.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJENAK MENGENANG BECAK

Kolesterol Perlu Dikontrol

Manfaat Marah Setelah Memaafkan