MENULIS MEMBUATKU NAIK KELAS DAN BERPRESTASI

 PELATIHAN BELAJAR MENULIS PGRI

Pertemuan ke-25

Gelombang 25

Narasumber : Aam Nurhasanah, S.Pd.

 

"Tahukah kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapapun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi sampai jauh, jauh dikemudian hari." (Pramudya Ananta Toer)

Malam ini aku terlambat mengikuti kelas menulis yang dimoderatori Bu Mutmainah. Narasumber yang aku tunggu-tunggu karena ingin tahu ceritanya yang pasti seru mengajar ditempat yang baru, di pedalaman yang dikelilingi sawah nan menghijau. Beliau adalah Aam Nuthasanah, S.Pd., teh Aam aku biasa menyapanya. Namun sebelumnya sore harinya aku mendapat kabar adik suamiku sakit dan dirawat di rumah sakit. Prioritas malam ini aku menjenguk dulu keluarga yang sakit. Ingin segera tahu bagaimana kondisinya. 

Sesampainya di rumah sakit keluarga suamiku yang lain sudah datang pula menjenguk. Ada paman beserta istrinya, adik suamiku, dan para sepupu. Setelah melihat kondisi adik iparku yang alhamdulilah sudah lebih baik, kami berbincang santai di teras kamar. Ada Rafiq anak dari kepnakan suami, cucu aku memanggilnya. Lama tak bersua dengannya. Badannya yang dulu mungil kini sudah lebih besar. Rupanya Rafiq baru naik kelas 5 SD.

Naik kelas, seperti judul materi kuliah menulis malam hari ini. Teh Aam menceritakan perjalanannya karirnya dalam dunia kepenulisan dari awal  hingga menjadi penulis produktif. Masih sangat muda, energik, dan selalu ceria. Semangatnya menulisnya luar biasa hingga mampu memberi energi positif  bagi penulis-penulis pemula.

Kesuksesan seseorang tidak selalu berjalan mulus. Teh Aam sempat mengalami kegagalan saat mengikuti BM 8. Namun, hal itu tak membuatnya lantas patah semangat. Meski semangatnya sempat nyaris pudar, tapi kemudian dikobarkan kembali dengan mengikuti BM 12. Di sinilah debutnya dalam dunia tulis menulis dimulai. Target memiliki buku antologi dan buku seolo pun berkobar. Saat memasuki materi Bunda Kanjeng ia mendapatkan motivasi yang luar biasa hingga bertekad berkarya dan menulis seribu buku. Lahirlah buku antologi perdana dengan judul "Semangat Menulis Bersama Bu Kanjeng". 


Selanjutnya lahir lagi buku solo perdana yang berjudul "Mengukir Mimpi Jadi Penulis Hebat". Kemudian disusul pula buku solo kedua setelah mengabdikan diri menjadi Tim Solid Om Jay, yaitu buku "Kuncu Sukses Menjadi Moderator Online". Tak cukup sampai di situ, teh Aam juga mengikuti tantangan Prof. Ekoji menulis buku satu minggu dan lolos seleksi penerbit mayor PT Andi Offset Yogyakarta dengan judul buku "Parenting 4.0, Mengenali Pribadi dan Potensi Anak Generasi Multiple Intellegence". Buku tersebut tersebar di seluruh Gramedia Indonesia dan tersedia juga dalam bentuk e-book atau buku elektronik.
Kesuksesan masih terus membersamai teh Aam dengan menjadi juara pertama lomba blog PGRI Maret 2021.Semua peserta wajib membuat postingan dalam blog selama 28 hari tanpa jeda. Saat itu ia mendapatkan hadiah printer Epson L120, uang tunai 1,5 juta, voucher makan, dan asesoris lainnya. Pengalaman ini memunculkanide baru dan lahirlah buku solo yang ketiga dengan judul "Blogger Inspiratif'.

Setelah lulus dan menjadi alumni BM lagi-lagi ia menerima tantangan, kali ini tantangan dari Bu Kanjeng mejadi kurator atau pengepul naskah. Bukan teh Aam namanya kalau berhenti tantangan. Tantangan berikutnya yang ia ikuti adalah menulis di HUT penerbit YPTD yang pertama dalam program KMAA (Karena Menulis Aku Ada). Lagi-lagi tak menyia-nyiakan kesempeatan utuk menelurkan ide baru dengan melhairkan buku baru yaoti buku solo keempat dengn judul "Rajin Menulis Berbuah Manis".
 

Perjalanan karir sebagai penulis terus melesat dengan keberhasilannya mengumpulkan naskah murid yang bernama Juminah. Naskah yang hanya dikirim via WA dan berhasil dibuat novel dengan judul "Seindah Takdir Cinta". Novel yang menceritakan tentang perjuangan seorang gadis mencari nafkah menjadi TKI karena menjadi tulang punggung keluarga demi membiayai sekolah adik-adiknya dan perjalan yang penuh liku untuk menemukan cinta sejatinya. Inilah pengalam teh Aam sebagai editor yang membuatnya kemudian dipercaya mengedit naskah Pak Dail, Bu Mutmainah, Bunda Ovi dan alumnia lainnya.

Pengalamannya 2 tahun bergabung di kelas menulis Omjay membuatnya kebanjiran undangan sebagai narasumber. Jadilah ia narasumber nasional yang diundang virtual sampai NTT.

Sungguh perjalanan karir yang sangat inspiratif. Kegagalan dijadikan cambuk penyemangat untuk kemudian melesat mewujudkan mimpi. Bukan semudah membalik telapak tangan tetapi melalui proses belajar yang sungguh-sungguh hingga kemudian bendera kesuksesan berkibar.

"Orang boleh pandai setinggi langit , tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." (Pramudya Ananta Toer)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membiasakan Sarapan bagi si Kecil

SEJENAK MENGENANG BECAK

Kolesterol Perlu Dikontrol