MENULIS DIKALA SAKIT
PELATIHAN BELAJAR MENULIS PGRI
Pertemuan ke-22
Gelombang 25
Narasumber : Suharto
Sakit bukan menjadi kendala dalam beraktifitas bahkan bisa menghasilkan karya dan berprestasi. Salah satu contohnya adalah Bapak Suharto yang sering disapa Cing Ato. Penderita GBS pada tahun 2018 ini telah mebuktikannya bahwa meskipun sakit tetap produktif berkarya.
Ada dua alasan yang mlatarbelakangi beliau menulis, petama, gerakan literasi di madrasah tempat beliau mengajar, dan kedua, kebuntuan dalam menulis. Hal itu yang kemudian membuat beliau membaca buku menulis dan ikut pelatihan
Cing Ato mengawali debut menulisnya dengan mengikuti pelatihan-pelatihan menulis dan public speaking sebelum sebelum pandemi dan sebelum beliau sakit. Dalam pelatihan-pelatihan yang beliau ikuti mengantarkan beliau bertemu dengan Om Jay dan lainnya. Bahkan di akhir pelatihan menulis KSGN 4 terpilih sebagai penulis terbaik. Dari sini pula lahir buku antologi perdana beliau yang berjudul "Bukan Guru Biasa". Tahun2017 beliau ikut pelatihan menulis media guru di Cipanas dan pertama menulis buku solo dengan judul "Mengejar Azan" yang beliau pigura karena bahagianya.
Pada 18 Juli 2018 ujian berat itu datang. Tubuhnya tumbang tak berdaya, seluruh syaraf yang ada mati semua kecuali syaraf leher, hidung, telinga, mata, dan memori. Bahkan menyusul lidahnya tertarik yang mengakibatkan suaranya hilang selama 4,5 bulan. Untuk bernafas pun dibantu oksigen dan ventilator. Empat setengah bulan berada di rumah sakit. Di rawat di ICU selama 1,5 bulan. 11 bulan di HCU, dan 1 bulan di ruang inap biasa. Tubuh penuh dengan selang. Dan dokter pun menyerah sehingga Cing Ato terpaksa pulang masih dalam keadaan sakit.
Selama 1,6 tahun tubuh tak dapat bergerak sama sekali. Cang Ato nyaris putus asa. Namun, alhamdulillah setelah waktu berlalu tubuh mulai bergerak. Tangan mulai bisa menyentuh muka dan bisa menyentuh HP. Saat itulah episode baru dimulai. Kemampuannya menulis telah membuatnya mengerahkan apa yang beliau bisa yang bermanfaat untuk orang lain meskipun beliau dalam keadaan sakit.
Pada awalnya beliau tulis kisah beliau di Facebook dan diselipi kalimat motivasi. Setiap hari beliau menulis hingga suatu hari beliau dihubungi Om Jay dan diajak pelatiha gelombanf 8. Kemudian lahirlah buku solo kedua yang ditulis dalam kondisi berbaring. masyaallah, luar biasa. Sejak saat itu Cing Ato terus menulis dan menerbitkan hingga mempunyai 10 buku solo ber-ISBN. Buku ke-11 sedang proses ISBN dan buku ke-12 sedang diedit.
Di samping menulis Cing Ato pun belajar desain cover buku dengan Pak Ajinata sehingga saat ini beliau menulis, layout, dan cover buku dilakukan sendiri. Terakhir, beliau berpesan, "Jangan pernah takut untuk menulis, tulis saja yang Anda bisa dan kuasai. Jangan menunggu pintar baru menulis, menulis saja dahulu nanti juga pinter. Ketika Anda menulis 80% Anda sudah menuju kesuksesan, tinggal 20% untuk memperbaiki."
Kisah ini sangat inspiratif dan menggugah kita yang sehat untuk terus semangat menulis.
Wow luar biasa Bun...mantap
BalasHapus