MENGUAK DAPUR PENERBIT MAYOR
PELATIHAN BELAJAR MENULIS PGRI
Pertemuan ke-20
Gelombang 25
Narasumber : Edi S. Mulyanta, S,SI., M.T.
Tahun 2019 merupakan tahun terberat bagi dunia penerbitan buku, karena perubahan teknologi seolah momok yang menakutkan yang hendak memberangus dunia penerbitan buku di Indonesia bahkan dunia. Kondisi itu diperaparah dengan pandemi Covid-19 yang menambah porak-poranda industri penerbitan di Indonesia. Beruntungnya sebelum pndemi, pemerintah telah mengeluarkan undang-udang perbukuan yang mencoba format baru digital untuk bisa dikembangkan di dunia perbukuan Indonesia.
Dunia penerbitan yang saat ini di bawah IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), menjadi khawatir memandang cukup berat tantangan ke depn dunia cetak dan industri buku. Undang-undang nomor 3 tahun 2017 tentang sistem perbukuan, telah memberikan isyarat yang tegas akan hadirnya format media digital yang telah diberikan keleluasaan untuk secara bertahan menggantikan media cetak. Dipertegas lagi dengan keluarnya Peraturan Pemerintah no. 22 tahun2022 telah memberikan petunjuk secara tegas untuk memberikan arah ke dunia digital penerbitan.
Atmosir dunia penerbitan perlahan-lahan akan berubah, posisi penulis menjadi semakin strategis dalam industri penerbitan. Hal itu membuat dunia penerbitan bergegas untuk mengubah haluanvisi misi mereka ke arah yang lebih up to date, menyongsong perkembangan dunia bisnis penerbitan secara umum. Beberapa penerbit yang tidak mampu bersaing akhirnya mengurangi intensitas terbitan bukunya yang berimbas pada jumlah produksi buku dan omzet buku.
Tahun 2020 - 2022 merupakan masa paceklik bagi industri penerbitan, sebaliknya dunia penulisan justru sedang marak-maraknya. Hal ini mungkin disebabkan oleh aktifitas kita yang dibatasi, sehingga banyak memberikan kesempatan untuk bekerja di rumah (WFH).
Penerbit tidak kekurangan naskah selama pandemi. Naskah yang masuk masih stabil. Namun, angka penjualan yang menurun hingga 90%. Banyak toko buku yang tutup. Sekolah dan kampus sebagai sumber pendapatan penerbit, melakukan proses belajar mengajar secara daring. Produksi buku reguler sempat terhenti, sehingga banyak penulis yang mempertanyakan masa depan penerbitan di Indonesia secara umum.
Ternyata tidak semua tema buku bisa digantikan oleh digital. Hal inilah yang memberikan harapan baru penerbit untuk masih tetap memertahankan lini bisnis bukunya. Titik balik pasar buku yang lesu tampaknya sudah mulai terasa awal tahun 2022 ini, sehingga beberapa penerbit yang telanjur mengurangi produksi bukunya bisa tertinggal oleh penerbit yang masih konsisten memertahankan produksi bukunya.
Data-data pemasaran menunjukkan bahwa beberapa buku dengan tema yang khas ternyata masih sangat baik di pasaran. Tema yang menjadi primadona ke depan adalah seputar kurikulum baru Merdeka Belajar.Selain itu, tema buku non teks, seperti buku Anak, buku Motivasi dan Agana, fiksi hingga buku tentang masak.
Yang menjadi permasalahan klise di dunia penerbitan adalah modal beserta biaya prouksi. Konsep dasar pembiyaan dalam penerbit buku , adalah penerbitnya yang membiayai. Banyak tulisan yang ditolak karena tidak sesuia dengan visi dan misi penerbit. Oleh karena itu, penerbit memebrikan tawaran penulis membiayai sendiri.
Penerbit indie menjadi salah satu solusi dengan memberikan banyak kemudahan pada penerbitan buku. Maraknya penerbit indie pada masa pandemi mengakibatkan langkanya nomor ISBN di perpusnas.
Manfaat ISBN.
1, Identitas sebuah buku
2. Sarana promosi
3. Alat untuk memperlancar arus distribusi
4. sarana temu kembali informasi
5. Meningkatkan point angka kredit untuk kenaikan pangkat golongan dosen, sekaligus menjadi salah satu alat ukur untuk penilaian akreditasi universitas.
Pemicu kelangkaan ISBN adalah nomor 5. Jadi buka karena kesalahan ekosistem penerbitan. Melihat permaslahan itu perpusnans akhirnya memberika kebijakan baru untuk membuat sub nomor untuk menghemat ISBN yang telah dijatah oleh ISBN internasional.
Penerbit mayor mempunyi saluran pemasaran yang cukup banyak (omni channel marketing) sehingga selama pandemi tetap bisa bertahan. Saat ini pasar buku sudah mulai bangkit. Namun produksi buku sudah telanjur melambat. Oleh karen itu, penulis punya kesempatan untuk menawarkan beberapa tipe tulisan agar peluang terbitnya menjadi lebih besar.
.jpeg)
Singkat padat dan ayo buat buku solonya semoga menembus penerbit andy
BalasHapusAamiin, terima kasih pak Rusmana.
HapusKomplit dan informatif buu
BalasHapusTerima kasih dik Yandri yang inspiratif.
Hapus