AMARAH YANG MENYEHATKAN
TULISAN KE-30
"Nin, kok tadi mama lupa ya menyuruh kamu membawa Apel untuk tante Mely." kataku pada anak gadisku, Nina. Apel yang sengaja kupesan kemarin untuk buah tangan kakakku. Tadi Nina ke rumah tantenya karena untuk mengambil hadiah untuknya dari tantenya. Kemudain langsung pergi main bersama temannya. "Besok lagi aja, Ma aku sekalian joging pagi-pagi," jawab Nina enggan balik lagi ke rumah tantenya saat itu.
Esok paginya aku sambil cuci piring aku melihat kamar Nina masih gelap. Rupanya belum bangun gadisku. Nina memang masih datang bulan, jadi malas-malasan untuk bangun pagi. Padahal dia berjanji pagi ini akan joging sekalian mampir ke rumah tantenya membawa buah Apel yang kubeli kemarin. Sambil menyusun piring ke raknya aku berteriak."Nin, kok belum bangun? Katanya mau joging," Sejenak tak ada sahutan. Kuulangi lagi teriakanku memanggilnya. Kudengar sahutan tapi entah bicara apa.
Aku hanya mengelus dada. Seingatku aku dulu sejak SMP sudah punya tugas khusus di rumah yang dilakukan secara rutin. Tidak malas seperti gadisku satu ini. Banyak sih orang tua terutama ibu-ibu yang bilang anak gadis sekarang tidak atau kerjaan rumah. Hanya sibuk dengan tugas sekolah dan gawainya. Padahal sudah dididik sejak kecil. Tetapi begitu sudah masuk sekolah SMP lanjut SMA sudah sibuk dengan dunianya sendiri. Rumah seperti hanya tempat kos. Begitulah fenomena remaja putri sekarang.
Namun, apapun alasannya tampaknya ini menjadi pekerjaan rumah para ibu, mengapa anak gadisnya seperti itu. Tidak semua anak gadis malas, masih banyak juga yang rajin dan tahu tugas-tugasnya di rumah. Putriku yang pertama, Weni kakak Nina pun termasuk anak yang rajin. Weni sedang kuliah di kota lain.
Satu jam kemudian Nina baru keluar kamar dengan mata yang masih terlihat berat. "Kemarin bilangnya mau joging sekalian antar buah Apel" kataku mulai kesal. "Masih ngantuk, Ma." jawab Nina dengan suara agak parau. Pasti semalam main HP sampai larut. Kadang bertelepon ria dengan teman-temannya dan ketawa-ketiwi sendiri di kamar. "Ya, sudah nanti saat bude Lastri pulang dari warung, kamu langsung pinjam motornya ya ke rumah tante Mely." Bude Lastri adalah asisten rumah tanggaku yang tugasnya mencuci dan menyetrika pakaian. Nina menjawab ya dengan entengnya.
Hari sudah semakin siang. Setelah sarapan Nina kembali mengunci dirinya di kamar dan belum keluar-keluar. Aku mulai kesal. "Mau diantar jam berapa Nina? Ini sudah siang lho, nanti Apelnya sudah tidak segar lagi. Kan sudah dari kemarin." Tak ada sahutan. Beberapa menit kemudian Nina keluar kamar untuk mengisi botol minumnya. Aku sedang memberesi meja makan. "Mas Supri di rumah gak ya? Mau mama suruh antar jeruk." Nina masih diam dan berlalu ke arah ruang cuci. Rupanya dia mencuci sepatunya. Aku melirik ke arahnya dan Ninapun sedang melirik ke arahku. Bibirnya kelihatan deperti dompet tanggung bulan. Rupanya mungkin dia tersinggung aku menanyakan mas Supri si tukang ojek itu.
Begitulah sifat Nina kadang hanya PHP-in ibunya kalau sudah kambuh magernya. Kalau lagi rajin disuruh juga biasanya gercep. Tidak stabil alias moody. Repot juga jika magernya kumat saat ibunya benar-benar membuthkan bantuannya.
Kesal? Pasti dong. Ibu juga punya rasa emosi. Hari semakin siang, matahari sudah di atas kepala. Selesai mencuci sepatunya NIna kembali bersemedi di kamarnya. "Gubrak!" Kudengar suara benda jatuh dari arah dapur. Pasti kerjaan si Kitty kucingku. Benar saja bungkusan palstik sudah jatuh dari atas meja. Buah Apel sebagian sudah berantakan di lantai. Pasti ada yang bonyot ini, pikirku. Kupunguti buah Apel ysng berserakan dan kuperiksa satu per satu. Benar saja beberapa buah Apel itu rusak. Amarahku sudah sampai ubun-ubun.
Sontak jiwa emak-emakku meronta-ronta. "Kan ada Apelnya jadi rusak! Biar mama buang saja Apel-apel ini." Omelku sambil membanting aple-apel yang rusak itu ke lantai. Dan hancur leburlah buah tak bersalah itu, berserakan di lantai dapur. Nina tak berani keluar dari kamar, padahal sudah saatnya makan siang.
Setelah membanting Apel dan mengomel aku merasa puas. Dadaku sudah berkurang sesaknya. Aku duduk di kursi sambil menghabiskan sisa-sisa amarahku. Nina masih bergeming. Hening, tak ada suara apa pun dari kamarnya. Pintu kamarnya tetap tertutup rapat.
Kurenungi kejadian hari ini. Aku sadar aku tak mampu mendidik Nina. Aku sadar aku tak boleh marah apapun alasannya. apala gi samapaimembanting makanan seperti tadi. Oh, Tuhan ampuni diriku. Aku merasa lelah, mataku berkaca-kaca. Mengapa masalah sekecil ini membuat kacau hidupku hari ini?
Kisah di atas adalah salah satu contoh seseorang yang melampiaskan amarahnya. Banyak yang beranggapan melampiaskan amarah merupakan hal yang tidak baik. Apalagi dicap sebagai pemarah, tentu tak ada yang mau. Namun, ternyata tidak ada salahnya sesekali melampiaskan amarah, tentu tidak boleh dilakukan semaunya. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui cara yang tepat untuk melampiaskan amarah.
Menahan amarah malah bisa meningkatkan hormon stres, adrenalin dan kortisol. Peningkatan hormon itu bisa menimbulkan gangguan kesehatan, seperti meningkatkan resiko infeksi, penyakit kardiovaskular, bahkan gangguan mental. Melampiasakan amarah sembarangan akan bisa menyakiti orang lain. Sebaliknya, menahan amarah bisa jadi akan menyakiti diri sendiri. Jadi harus ada pengelolaan amarah yang baik.
Marah merupakan kondisi yang normal, bahkan malah bisa jadi menyehatkan. Kok bisa? Bisa, dengan catatan harus dilakukan dengan cara yang tepat. Melampiaskan amarah akan membuat seseorang merasa lebih lega dan akan lebih cermat dalam mengambil tindakan. Selain itu, dapat pula membuat seseorang lebih bisa mengontrol dirinya. Melampiaskan amarah tidak harus selalu mengeluarkan kata-kata kasar apalagi membanting sesuatu barang.
Ada beberapa tips melampiaskan amarah yang menyehatkan.
1. Memukul benda
Lho, katanya tidak membanting atau memukul barang atau benda? Eit, jangan marah dulu, yang dimaksud di sini adalah bagi kamu pecinta olah raga kamu bisa lampiaskan amarahmu dengan olah raga. Misalnya bermain basket, badminton, tenis, kasti, atau bola voli. Ada juga yang melampiaskan amarahnya dengan berteriak sekuat-kuatnya di alam bebas yang sepi.
2. Menulislah
Bagus juga lho kamu membiasakan menulis di buku harian. Kamu bisa lampiaskan kemarahnmu di sana. Tulis apa saja yang membuatmu marah. Tapi ingat, bukan menulis makian dengan kata-kata kasar karean itu akan mebuatmu semakin marah dan jantungmu akan berdegup kencang.
3. Bicarakanlah
Meskipun marah itu wajar tapi baiknya jangan dipendam sendiri. Carilah teman yang kamu percaya untuk menceritakan tentang perasaan amarahmu itu. Teman yang yang bisa bijak mendengar keluhanmu dan bisa memberikan solusi yang baik.
4. Konsultasikan ke ahlinya
Jika kemarahanmu itu sangat mengganggu kehidupanmu maka tidak ada salahnya kamu berkonsultasi ke psikolog. Psikolog akan mebantumu dengan treatment tertentu yang akan membuatmu lebih bisa mengelola emosimu.
Meskipun ada trik marah yang menyehatkan tetapi menghindari marah bukan saja menyehatkan juga akan membuat hati lebih tenang.
Iya ,anak adalah mutiara anak harus betul punya sikat mandiri ,mang harus dilatih dari dini 😁
BalasHapusAnak zaman now ya Bu hee anak saya jg seumuran Putri ibu
BalasHapus