MENGATASI WRITER'S BLOCK

PELATIHAN BELAJAR MENULIS PGRI

Pertemuan ke7 Gelombang : 25

Tanggal : 1 Juni 2022

Narasumber : Ditta Widya Utami, S.Pd. Gr.


 


Pelatihan malam ini diawali dengan tantangan untuk menulis satu paragraf tema Pancasila yang harus ada kaitannya dengan salah satu sila dalam Pancasila. Di bawah komando moderator nan lincah ibu Lely Suryani mampu membuat para peserta memberikan respon yang lur biasa.

Tidak semua peserta mengikuti tantangan tersebut karena berbagai faktor. bisa jadi karena belum atau terlambat mengikuti pelatihan atau tidak tidak punya ide menulis? Apalagi selain tema sudah ditentukan ada syarat dan ketentuan lain yang harus dipenuhi. Jika ada peserta yang mengalami hal tersebut, bisa jadi sedang mengalami writer's block atau kebuntuan menulis.

Merujuk pada Wikipedia writer's block diartikan sebagai keadaan saat penulis kehilangan kemapuan menulis atau tidak menemukan gagasan baru untuk tulisannya. Keadaan ini bisa menimpa penulis pemula maupun profesional karena writer's block umumnya tidak disebabkan oleh masalah komitmen/kompetensi menulis

Tanda-tanda  writer's block (WB)

- sulit fokus

- tidak ada inspirasi menulis

- menulis lebih lambat dari biasanya

- merasa stres dan frustasi untuk menulis 

Berapa lama seseorang yang terserang gejala WB seperti di atas tergantung seberapa cepat seorang penulis mampu mengatasi kondisi WB tersebut. Bisa jadi hitungan menit, jam, hari, bulan, bahkan bertahu-tahun.

Untuk mengatasi WB langkah utama yang harus dilakukan adalah mengetahui penyebabnya. 

Penyebab WB

- mencoba metode/ topik baru dalam menulis

- stress

- lelah fisik/mental

- terlalu perfeksionis



Mencoba metode/topik baru dalam menulis bisa saja menjadi salah satu penyebab WB. Contohnya seprti tantangan menulis di awal pertemuan tadi. bagi yang mengetahui sejarah hari lahirnya Pancasila, mungkin tidak akan mengalami kesulitan dalam menulis. Tapi bagi mereka yang merasa bahwa topik tersebut merupakan topik yang baru bisa jadi akan mengalami kesulitan. Saat itulah WB menyerang. Membaca referensi tambahan bisa menjadi salah satu solusi untuk mengenyahkan WB. 

Tidak hanya topik baru , metode baru daam menulis pun bisa membuat seseorang terkena WB. Misalnya jika penulis terbiasa menulis karya ilmiah kemudian diminta membuat puisi. Keduanya tentu memiliki metode penulisan yang berbeda. Bagi yang belum terbiasa tentu akan mengalami kendala saat harus menulisnya. Solusinya adalah mempelajari teknik dan banyak berlatih menulis supaya meminimalisir dampak WB.

Stres adalah respon tubuh yang diakibatkan karena adanya tuntutan dari luar diri individu yang melebihi kemampuan dalam memenuhi tuntutan untuk mengatasi dan menyelesaikan masalah tersebut. Pernyataan ini ada dalam sebuah jurnal yang berjudul "Stres dan Solusinya dalam Perspektif Psikologi dan Islam " yang ditulis oleh Admin dan HImma (2019). Baik sters lelah fisik maupun mental bisa juga menjadi sebab-sebab kita terserang WB.    Misal kita dituntut untuk menyelesaikan tulisan untuk segera dikirim. ketika stres, bisa jadi kita malah kehilangan inspirsi untuk melanjutkan menulis.

Namun, meski stres dan lelh fisik bisa menyebabkan WB, sesungguhnya menulis pun bisa dijadikan salah satu cara healing terbaik. Caranya dengan metode jurnal meditasi, yaitu menulis bebas untuk menungkapkan apa yang sedang kita rasakan, tanpa menghakimi semua perasaan yang kita tulis tersebut. Buat saja tulisan ekspresif. Curahan hati (curhat) tentang segala yang dirasa, dikeluhkan dan sebagainya. Jika sudah tenang, semoga kembali muncul inspirasi untuk melanjutkan menulis.

Terakhir, penyebab WB adalah terlalu perfeksionis. Misalnya penulis pernah membuat tulisan yang disukai banyak orang sehingga banyak yang membaca dan berkomentar dengan jumlah yang fantatis. Ketika akan membuat tulisan lagi ia terbebani dengan keinginan agar tulisannya yang berikutnya pun dibaca dan dikometari banyak orang seperti tulisan sebelumnya. Ketika hal itu terjadi, ada dua kemungkinan:

1. Penulis tetap melaju dengan tulisannya.

2. Penulis terserang WB dan mulai tersendat-sendat menulisnya.

Ingin mengasilkan yang terbaik itu perlu. Tapi, bila terlalu perfeksionis kita harus mampu mengerem diri. Menulislah tanpa beban.


Komentar

  1. Bunda Inayah hebat tetap semangat...

    BalasHapus
  2. Bu inayaahh warbiasa.. Go go go 30 resune buu

    BalasHapus
  3. Menulis tanpa beban, motto ku hari ini😍

    BalasHapus
  4. Keren Bu Inayah inspirasinya menulis tanpa beban, dan trims kunjungannya ya Bu 😍

    BalasHapus
  5. Kereeeen...semangat Bu πŸ’ͺ

    BalasHapus
  6. Terima kasih Bapak Ibu atas kunjungan dan semangatnya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membiasakan Sarapan bagi si Kecil

SEJENAK MENGENANG BECAK

Kolesterol Perlu Dikontrol