ADA SYURGA DI RUMAH IBUKU (SEBUAH HARAPAN)
Tantangan Menulis 30 Hari (10 Juni-10 Juli 2022)
Oleh Inayah Hanum
Tulisan Kedua
.
Malam ini giliran mas Yoga yang seharusnya menemani ibu. Tetapi dia sedang tidak enak badan sehingga minta digantikan aku. Sudah dua hari suamiku sakit sehingga rasanya tak mungkin aku meninggalkan beliau sendirian di rumah malam ini. Sakit lambungnya kambuh, muntah sudah beberapa kali hingga badan terlihat pucat dan lemas. Bagiamana mungkin aku meninggalkannya sementara aku harus merawatnya. Dilema bagiku. Satu sisi ibuku sisi lain suamiku. Akhirnya kakak perempuanku yang, mb Lani yang menggantikan mas Rahman piket. Begitu kami menyebutnya jika giliran berjaga menemani ibu di malam hari. Meskipun malam sebelumnya mb Lani sudah piket. Begitulah kami bertiga selalu bergiliran menemani ibu di malam hari.
Siang harinya ibu harus rela sendiri di rumah. Kami anak-anaknya harus bekerja. Mas Yoga. Sementara cucu-cucunya sekolah, ada yang di kota lain, ada yang di asrama, dan sebagian juga sudah ada yang bekerja di kota lain pula. Ibu harus menerima konsekuensi itu karena ibu juga tidak mau dicarikan pembantu untuk menemaninya. Ibu pun diberi kebebasan memilih akan tinggal dengan siapa diantara kami bertiga. Ibu masih menolak. Bahkan sekadar bergilir saja tinggal di rumah kami, ibu pun masih tidak mau.
Membiarkan ibu hidup seperti sekarang ini semenjak kepergian ayah membuat kami tidak tega. Namun, untuk tinggal bersama ibu pun tidak mudah bagi kami yang sudah mempunyai tanggung jawab dalam rumah tangga kami masing-masing. Jadilah kami bergiliran di rumah ibu, menemani ibu tidur di malam hari, bersih-bersih rumah, mencuci piring dan pakaian hingga memasak. Begitu seterusnya hingga tak terasa waktu berjalan sudah memasuki tahun ketiga. Dan yang tak kalah penting adalah menemani beliau ngobrol. Cerita masa lalu yang entah sudah beliau ulang berapa kali atau sekadar mendengar keluh kesah beliau.
Namun, kadang kami merasa takut apakah dengan membiarkan ibu tinggal sendiri di rumahnya akan menjadikan kami anak durhaka? Memang faktanya ada orang tua yang lebih senang tinggal di rumahnya sendiri. Banyak kenangan yang ada dalam rumah tersbut. Entah, kenangan bersama suami atau anak-anak saat mereka kecil dulu. Menurut Buya Yahya sebaiknay anak menuruti permintaan orang tuanya. permintaan orang tua yang membuatnya bahagia merupakan priorotas utama dalam mengambil keputusan. Tanyakan dulu kepada orang tua apakah beliau mau tinggal bersama anaknya. Bukan langsung memutuskan bahwa beliau harus tinggal bersama salah satu anaknya mekipun dengan alasan demi kebaikan orang tua. Apabila orang tua memilih untuk tinggal di rumahnya sendiri, maka anak wajib menuruti dan mencukupi segala kebutuhannya.
Masih menurut Buya Yahya, anak tidak boleh menyikapi penolakan orang tuanya dengan sikap kesal dan lantas tidak mau mencukupi kebutuhannya. Bahkan anak seharusnya menyisihkan hartanya untuk orang tuanya. Tidak hanya itu anak harus meluangkan waktunya untuk mengunjungi orang tuanya.
Menyimak penejelasan BuyaYahya kami berharap keputusan kami menuruti kemauan ibu adalah keputusan tepat. Membahagiakan ibu dengan pilihannya semoga tidak menjadikan kami anak durhaka tetapi bisa memperluas ladang amal kami untuk berbakti kepada ibu. Hingga kami berharap kelak dikumpulkan kembali di syurga.
Semoga cepat sembuh suaminya mba...
BalasHapus